Thursday, January 8, 2009

Menunggu Papa Pulang

8 Januari 2009
11:14 Malam hari

........................
.................
........

11:19
(5 menit kemudian)

11:20
(1 menit setelah 5 menit tadi berlalu)

Hmm..

Aku melirik pada angka digital yang terpampang di bagian kanan bawah screen laptopku.
Ternyata waktu sudah bergerak menunjukkan pukul 11:21.
Itu berarti 7 menit telah berlalu sejak aku mulai mengetik di postingan baru ini.
Sejujurnya aku sendiri bingung mau menulis apa.

Tuh kan..waktu sudah bergerak lagi ke lima menit berikutnya.
11:26 pm
Pikiranku masih buntu.
Otakku masih terasa kaku.
Gila..mencoba menuliskan apa yang sedang aku rasakan saja aku tidak bisa

Sampai pada 5 menit setelah itu aku masih saja bingung dan linglung memandangi layar yang tepat berada di hadapanku. Gamang. Aneh. Seharusnya kan jam segini aku sudah mematikan lampu, menarik selimut sampai kepala, dan tidur. Mencoba untuk tidur, paling tidak.

Tapi tidak dengan sekarang. Walaupun 25 menit lagi waktu telah bergerak membawaku ke keesokkan harinya, aku tetap malas untuk terpejam. Aku malas untuk tidur. Aku malas untuk bermimpi.

Dengan ditemani cahaya dari bohlam yang baru diganti papa beberapa bulan lalu dan dimanjakan secara audio dan visual -tidak dimanjakan juga sih..aku sama sekali tidak menikmati suguhan acara tv malam ini- dari layar kaca, aku mencoba untuk tetap terjaga.

Yah, setidaknya aku bukanlah satu-satunya penghuni rumah yang masih asyik dengan kesibukkan sendiri. Ada kakak di ruang tengah yang sedang bercakap-cakap dengan Blackberry di telinganya. Kamar mama juga belum gelap. Itu tandanya mama juga masih setia menunggu papa pulang dari luar kota.

10 menit menjelang tanggal 9
Aku masih belum bisa tidur.
Belum mencoba untuk tidur lebih tepatnya.
Aku tau kok esok akan datang dengan sendirinya tanpa harus ditunggui seperti ini.
Tapi aku tetap tidak peduli.
Aku ingin menjadi saksi titik akhir dan awal sebuah rotasi yang akan membawaku ke waktu yang berbeda.

Tepat pukul 00:00
Tepat di saat bumi berdiri dan tetap mengacu pada porosnya.
Di saat manusia-manusia lainnya sedang berkutat dengan alam bawah sadar mereka masing-masing, mataku yang tidak seterang tadi mulai lelah. Inilah tanda bahwa sebentar lagi aku akan mengikuti jejak mereka.
Bermain dengan dimensiku sendiri.

No comments: